Friday 19 May 2017

PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI

Pendidikan Jasmani 

Pendidikan Jasmani Sama dengan konsep Pendidikan pada umumnya. Menurut Wolfgang (1992:40) Education is defined as those actions through which human beings attempt to produce lasting improvements in the structure of the psychic dispositions of other people, to retain components they consider positive or to prevent the formation of dispositions they regard as negative (Pendidikan didefinisikan sebagai tindakan yang melaluinya manusia berusaha menghasilkan perbaikan yang bertahan lama dalam struktur disposisi psikis orang lain, mempertahankan komponen yang mereka anggap positif atau untuk mencegah pembentukan disposisi yang mereka anggap negatif).


Beberapa pendapat para pakar tentang pengertian pendidikan jasmani sebagai berikut;
  1. Ateng (1993) mengemukakan bahwa: Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual, dan emosional.
  2. Freeman (2001) menyatakan bahwa : “Physical education uses physical activity to produce holistic improvement in a pearson’s physical, mental, an emotional.” Artinya adalah pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik untuk menghasilkan perkembangan secara menyeluruh terhadap peserta didik baik fisik, mental dan emosional. 
  3. Mahendra (2003:4) bahwa “Pendidikan jasmani pada hakekatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional.”
  4. Winarno (2006:2) Konsep pendidikan jasmani yang dianut di Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0413/U/1987, dinyatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan. Pendidikan jasmani bertujuan mengembangkan individu secara organis, neuromuskuler, intelektual, dan emosional.
  5. Menurut Chandler, dkk. (2007:166) Essentially, physical education is the formal inculcation of knowledge and values through physical activity. A more wide-ranging definition of physical education would encompass instruction in the development and care of the body, from simple callisthenic exercises to training in hygiene, gymnastics, and the performance and management of athletic games. Historically, it has focused on diet, exercise and hygiene, as well as musculo-skeletal and psycho-social development. Several areas constitute its sub-disciplines: these include biomechanics, exercise physiology, sports sociology, history, philosophy and psychology (Pada dasarnya, pendidikan jasmani adalah penanaman formal pengetahuan dan nilai-nilai melalui aktivitas fisik. Definisi yang lebih luas dari pendidikan jasmani akan mencakup instruksi dalam pengembangan dan perawatan tubuh, dari latihan kalistenik sederhana hingga pelatihan kebersihan, senam, dan kinerja dan manajemen permainan atletik. Secara historis, ia telah berfokus pada diet, olahraga dan kebersihan, serta pengembangan otot-tengkorak dan psiko-sosial. Beberapa bidang merupakan sub-disiplin ilmu: bidang ini mencakup biomekanik, fisiologi olahraga, sosiologi olahraga, sejarah, filsafat, dan psikologi).
Kelima pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengertian tersebut mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu peserta didik agar tumbuh dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang sehat jasmani dan rohani.Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik peserta didik, dan yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah alat yang digunakan adalah gerak insani, manusia yang bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh guru dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara totalitas.

Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan melalui aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan secara totalitas dalam diri peserta didik, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional, dan bahkan pada spiritual.Pendidikan jasmani memberi tugas gerak kepada pesertadidik sebagai individu dengan satu kesatuan yang utuhantara jasmani dan rohani. Oleh sebab itu pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general education). Tentunya proses tersebut  dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi sistematik antar pelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Ternyata, Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas dengan memfokuskan perhatiannya pada peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, Penjaorkes berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya dan hubungan dari perkembangan tubuh (fisik) dengan pikiran dan jiwanya. Intinya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia. Hal itulah yang menjadikan Pendidikan jasmani merupakan sesuatu yang unik dan lain dari bidang studi lainnya yang berkepentingan dengan perkembangan total pada manusia.

Namun sejauh ini pada kenyataannya masih banyak yang berpikiran bahwa pendidikan jasmani adalah pendidikan olahraga, menurut Whitehead, dkk, (2013:17) In general, PE is considered a compulsory component of the education of children. As a consequence, there has been a significant tradition in most democracies of advocating intrinsic values relating to the education of children. However, the most dominant position with regard to PE has more often been to regard it as extrinsically valuable in relation to, for example, the dualistic training of bodies and the naturalization of competition. Thus, given the hegemony of competitive sport, PE could be considered to be only partially egalitarian, and possibly to some degree coercive rather than inclusive. Further, the nature of its intrinsic value is contested, with the main contenders being either movement pleasure or moral value. (Secara umum, Pendidikan Jasmani dianggap sebagai komponen wajib pendidikan anak-anak. Sebagai akibatnya, ada tradisi yang signifikan di sebagian besar negara demokrasi yang mengadvokasi nilai-nilai intrinsik yang berkaitan dengan pendidikan anak-anak. Namun, posisi yang paling dominan berkenaan dengan Pendidikan Jasmani lebih sering menganggapnya sebagai bernilai ekstrinsik dalam kaitannya dengan, misalnya, pelatihan dualistik tubuh dan naturalisasi persaingan. Dengan demikian, mengingat hegemoni olahraga kompetitif, PE dapat dianggap hanya sebagian egaliter, dan mungkin sedikit banyak bersifat paksaan daripada inklusif. Lebih lanjut, sifat dari nilai intrinsiknya diperebutkan, dengan pesaing utama adalah kenikmatan gerakan atau nilai moral). Maka, berdasarkan kerancuan itu dalam kegiatan belajar ini akan dibahas lebih mendalam lagi tentang pengertian pendidikan jasmani.

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, Pendidikan jasmani bukan hanya sebagai mata pelajaran pelengkap pada program sekolah yang membuat peserta didik sibuk tanpa arah dan tujuan. Melalui Pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, peserta didik akan mengembangkan keterampilan yang berguna, terlibat dalam aktivitas fisik yang kondusif untuk kebugaran fisik, hidup sehat, sosial, dan mentalnya. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, dimana pendidikan jasmani disamakan dengan setiap usaha atau kegiatan yang mengarah pada pengembangan organ-organ tubuh manusia (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), kegiatan fisik (physical activities), dan pengembangan keterampilan (skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. Walaupun memang benar aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi. Semua kegiatan diatas berbeda dengan pendidikan jasmani, kegiatan-kegiatan tersebut sebagian besar hanya mengacu pada satu tujuan saja terutama perkembangan secara fisik, belum mencakup semua aspek seperti pada Pendidikan jasmani.

Tidak semua guru Pendidikan jasmani menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa Pendidikan jasmani boleh dilaksanakan oleh guru bidang studi lain. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran negatif tentang pembelajaran Pendidikan jasmani, mulai dari kelemahan proses, misalnya membiarkan peserta didik bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, seperti kebugaran jasmani yang rendah. Di kalangan guru Pendidikan jasmani sering ada anggapan bahwa pelajaran Pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup dengan cara menyuruh peserta didik pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru hanya mengawasi di pinggir lapangan.

Mengapa bisa terjadi demikian? Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru Pendidikan jasmani tentang konsep Pendidikan jasmani di sekolah. Seorang guru Pendidikan jasmani harus mengetahui dengan jelas tentang pengertian, prinsip-prinsip, dan fungsi serta peranan pendidikan jasmani yang sesungguhnya. Untuk memahami hal tersebut di atas Anda harus menyimak dan memahami konsep pendidikan jasmani itu sendiri.


Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi peserta didik, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Pada aspek moral inilah sebagai ciri penerapan pendidikan berkarakter dalam pendidikan jasmani. Arti kata berkarakter dapat dipahami secara umum bahwa kualitas moral yang positif (Anwar, 2010 dalam Mutohir.,dkk. 2011:40). Hal tersebut diperkuat oleh Kemdiknas, 2010 dalam Mutohir, dkk.,2011, bahwa pendidikan berkarakter harus dimulai sejak usia Sekolah Dasar melalui menanamkan nilai-nilai budi pekerti, watak, dan moral yang positif yang bertujuan untuk memelihara kebaikan dan selalu mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan jasmani guru harus berupaya untuk merancang pembelajaran pendidikan jasmani yang dapat menanamkan sifat-sifat karakter tersebut, sesuai pilar karakter/nilai yakni; jujur, hormat, tanggungjawab, berprilaku adil, peduli, dan beradab (Maksum 2010, dalam Mutohir, dkk, 2011).

Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor, serta kebugaran jasmani. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan domain psikomotor dan kebugaran jasmani.

Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut, guru perlu membiasakan diri untuk mengajar  peserta didik tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip-prinsip yang mendasarinya. Tujuan pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan nasional seperti tertuang dalam tujuan kurikulum pendidikan jasmani di Sekolah Dasar tahun 2006, yakni; 
  1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas olahraga terpilih. 
  2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis yang lebih baik. 
  3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 
  4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan. 
  5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis. 
  6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 
  7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat, dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Aktivitas interaksi sosial yang terjadi dalam peranannya yang bersifat mendidik dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial peserta didik yang berkarakter. Dengan demikian peserta didik akan tumbuh dan berkembang secara totalitas, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan.

Pendapat senada juga diungkapkan Barrow dalam Freeman (2001) bahwa : Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan jasmani (exercise).

Hasil yang ingin dicapai adalah individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna ketika hanya berkaitan dengan sisi kehidupan individu.

Makna dari pendidikan fisik adalah pendidikan yang diberikan melalui aktivitas jasmani, namun tujuannya tetap mengacu kepada segala aspek kependidikan, termasuk di dalamnya ada aspek-aspek kejiwaan (pertumbuhan mental) dan sosial peserta didik. Harapannya peserta didik dalam proses pembelajaran dapat meningkat kegiatan fisiknya, maka pertumbuhan mentalnya juga dapat berkembang. Dengan demikian pendidikan jasmani lebih bermakna dalam kehidupan nyatadi masyarakat secara berkesinambungan.Jadi nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani tidak berhenti setelah pembelajaran pendidikan jasmani selesai, namun diharapkan selalu berkembang sepanjang hayat dalam kehidupan di masyarakat.

Pemahaman tersebut di atas juga diperkuat oleh James A. Baley dan Field  dalam Freeman, (2001) bahwa pendidikan fisik yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa: ‘Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial,kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.’

Aktivitas jasmani yang dipilih harus disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Aktivitas fisik yang dipilih dan dilakukan, haruslah kegiatan yang wajar dan tidak dipaksakan, sehingga semua peserta didik dapat melakukannya.dengan gembira, tanpa ada tekanan dari guru, sehingga semua aspek yang menjadi target dalam pendidikan jasmani dapat tercapai.

Selain pengertian pendidikan jasmani yang telah diungkap oleh para pakar di atas, kurikulum pendidikan dasar (2003 ; 1) lebih mengokohkan lagi tentang pengertian pendidikan jasmani, yakni; “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik, neorumuscular, perseptual, kognitif dan emosional.”

Berdasarkan beberapa rumusan diatas, dapat dikaji bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai kegiatan pembelajarannya untuk meningkatkan kemampuan fisik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor, mental dan sosial, termasuk di dalamnya pola hidup sehat serta kebugaran jasmani.

Diharapkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang teratur dan berkesinambungan, perkembangan hidup peserta didik akan semakin sempurna, bukan saja berkembang dan bertumbuh secara fisik saja, namun juga emosional dan sosial akan menjadi lebih baik karena mampu berinteraksi dengan baik pula. Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Sukintaka (2004:21) bahwa pendidikan jasmani adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematis untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya.

Sebagai salah satu contoh, jika dalam pendidikan jasmani guru menugaskan peserta didik untuk bermain sepak bola, maka akan terbentuklah beberapa kelompok kecil. Dalam kelompok kecil tersebut akan terjalin hubungan yang kuat antar individunya, mereka akan bekerjasama dengan baik agar dapat mencapai suatu kemenangan. Namun harus ditekankan juga bahwa dalam permainan, masing-masing individu haruslah bersikap sportif,  menghargai kawan, lawan bahkan teman yang bertugas sebagai wasit.

Dari contoh di atas diharapkan peserta didik tidak hanya mendapatkan kegembiraan namun juga mengubah dirinya secara mental, emosional dan intelektual yang membawa kepada perubahan pribadi yang lebih baik. Hal tersebut merupakan implementasi pendidikan berkarakter dalam pendidikan jasmani.

Landasan Hukum Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas jasmani atau gerak untuk mencapai tujuan sebagai proses menumbuhkembangkan seluruh aspek kehidupan peserta didik yang bertujuan untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya yang berkarakter, yakni manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. 

Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Kiprah pendidikan jasmani dalam berupaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan berlandaskan pada Undang-undang RI No 20 Tahun 2003, pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya di masa datang. Dengan demikian pendidikan nasional merupakan suatu sistem kesatuan yang utuh dan terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan. Salah satu sistem kegiatan pendidikan nasional yang harus dilaksanakan adalah program pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (Pendidikan jasmani) sebagaimana tertuang dalam bab IX pasal 39 butir 3 k. tentang isi kurikulum bahan kajian pendidikan jasmani dan kesehatan, yang merupakan salah satu bahan kajian kurikulum pendidikan. Hal tersebut berarti kajian pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan wahana untuk mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan dalam komponen sistem pendidikan nasional.Dengan demikian Pendidikan jasmani sebagai salah satu subsistem pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, hal tersebut dikarenakan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkarakter. Dampak yang akan diperoleh dari hasil kegiatan pendidikan tersebut adalah berupa kemampuan baik secara fisik maupun pikiran bagi manusia untuk menyelesaikan dan menghadap tantangan kehidupan pada masa kini dan mendatang.

Reference:
  • Abdul Kadir Ateng. 1993. Pendidikan Olahraga. Jakarta: IKIP Jakarta
  • Agus Mahendra. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa
  • Brezinka, Wolfgang. 1992. Philosophy of Educational Knowledge; An Introduction to the Foundations of Science of Education, Philosophy of Education and Practical Pedagogics. https://link.springer.com/content/pdf/bfm%3A978-94-011-2586-4%2F1.pdf (diakses Tanggal 21 January 2015)
  • Chandler, Timothy. Mike Cronin and Wray Vamplew. 2007. Sport And Physical Education: The Key Concepts Second Edition. Halaman 166. Routledge Taylor & Francis Group: USA-Canada. diakses tanggal 2 Oktober 2019 pada https://epdf.pub/sport-and-exercise-psychology-the-key-concepts-routledge-key-guides.html
  • Jean Whitehead, Hamish Telfer, and John Lambert. 2013. Values in Youth Sport and Physical Education. page 17, London and New York: Routledge Taylor & Francis Group.
  • Toho Cholik Mutohir, dkk. 2011. Berkakter Dengan Olahraga Berolahraga Dengan Berkarakter, Olahraga Membangun Karakter Bangsa. Surabaya: PT Java Pustaka Group.
  • William H. Freeman. 2001. Physical Education and Sport in a Changing Society, 6th Edition. Campbell University
  • Winarno, M.E. 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahrag. Laboratorium Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.

No comments:

Post a Comment

11 PRINSIP LATIHAN OLAHRAGA

💥 💥 💥    11 PRINSIP LATIHAN OLAHRAGA    💥 💥 💥 A. Latihan💫 🏃 Training is a process by which an athlete is prepared for the highest ...

OnClickAntiAd-Block